Sumpah Suci, antara Agama dan Politik

Judul Buku: The Sacrament of Language

Penulis: Giorgio Agamben

Penerbit: Polity

Tebal Buku: 79 halaman

Tahun Terbit: 2010

Italia telah melahirkan banyak ilmuwan politik baik diranah marxis maupun murni mengenai politik. Salah satunya adalah Giorgio Agamben. Dalam buku nya yang pertama, Homo Sacer, ia berusaha mengaitkan kesakralan dengan kedaulatan negara atau pemerintah. Keberadaan agama menjadi akar dari kekuatan politik yang ada di Italia. Untuk itu, partai katolik adalah salah satu partai terkuat di Italia selain partai komunis dan kelompok para-militernya, Brigatte Rosse. Agamben mengajar di Universitas Venice dalam departemen filsafat. Baginya, untuk memahami hubungan antara agama dan politik, memang harus melalui pintu filsafat, namun ia adalah seorang intelektual murni yang tidak memiliki tendensi kepada suatu kelompok, tidak seperti Antonio Negri dan Franco Berardi. Buku ini adalah kelanjutan Homo Sacer, selamat menikmati hal kecil yang dapat saya suguhkan berupa resensi ini.

Paulo Prodi pernah menulis dalam bukunya, Il Sacramento del Potere (kesakralan dari kekuasaan) yang ditulis pada tahun 1992 dihalaman 22 bahwa sebuah sumpah suci (oath) sangat menentukan sejarah perpolitikan di Barat. Sumpah suci adalah sesuatu dimana politik dan agama saling bersinggungan. Agamben menunjuk bahwa kutipan yang dia ambil menandakan pentingnya tradisi Kristen di Barat dan sumpah suci menjadi dasar perjanjian politik dalam sejarah Eropa.

Fungsi utama sumpah suci dalam konstitusi politik dijelaskan dalam bukunya Lycurgus, Against Leocrates, bahwa sumpah suci merupakan sesuatu yang mengikat demokrasi. Sumpah suci adalah sesuatu yang menjaga persatuan sebuah negara. Cicero pernah menjelaskan bahwa sumpah suci adalah sebuah jaminan yang disandarkan kepada kesucian dari agama, sebuah janji khidmat atas nama Tuhan, dimana pemberi janji ini akan terikat, ia tak perlu takut saat ia berkata jujur, namun neraka adalah ganjaran bagi mereka yang berbohong saat memberikan sumpah suci ini. Sumpah suci di Italia selalu digunakan sebagai alat untuk menegakkan hukum agar tidak ada yang ingkar terhadap kesaksian mereka, begitupula saat negosiasi, sumpah suci menjamin keberlangsungan dari proses politik yang ada setelah negosiasi.

Sumpah suci memiliki makna negatif, dimana menurut Hesiod, adanya golongan yang melanggar sumpah sucinya sendiri disebabkan karena mereka melakukan sumpah suci pada awalnya. Ganjaran bagi mereka yang melanggar sumpah suci adalah siksaan oleh Iblis di Neraka seumur hidup. Hal ini digunakan untuk menakut-nakuti para saksi dalam pengadilan agar jujur dalam melakukan kesaksian, tidak boleh ada dusta saat sebuah persidangan berlangsung, kalau dusta maka balasannya akan didapat di Neraka. Baik dalam pelaksanaan proses politik, keberadaan sumpah suci berarti menyegel sebuah koalisi ataupun menjaga kestabilan politik di suatu wilayah.

Kelebihan sumpah suci adalah kesakralannya yang dimana orang akan enggan untuk mengingkarinya. Orang lebih memilih untuk tidak melakukan sumpah suci jika memang tidak sesuai dengan kehedaknya (jika bicara mengenai sebuah proses politik). Hubungan antara sumpah suci dengan kepercayaan ialah sesuatu yang tidak luput dibahas dalam buku ini, keberadaan sumpah suci tidak akan ada tanpa adanya kepercayaan. Sumpah suci dilakukan atas nama Tuhan, dan hanya orang yang memiliki kepercayaan atau agama (yang ditandai dengan keberadaan kitab suci dari agamanya) yang bisa melakukan sumpah suci. Setelah melakukan sumpah suci, sejatinya orang tersebut harus bisa mempertanggungjawabkan sumpah sucinya dengan tidak mendustakan apa yang dia sampaikan setelah melakukan sumpah suci, terlepas balasannya berupa hal-hal yang imaterial. Dalam perjanjian yang bersifat politis, sumpah suci adalah pengikat yang kuat, bagaikan sebuah lem, agar sebuah kelompok tetap menjadi satu. Tujuan sumpah suci hanyalah pengikat yang sakral.

Agamben memperlihatkan bahwa sumpah suci memiliki peran yang sangat esensial dalam dunia politik di Italia dan Eropa sebagai alat yang mensucikan kekuasaan dan juga mensucikan bahasa, orang yang mengeluarkan sumpah suci akan lebih berhati-hati dalam berbicara. Sumpah suci disini dibahas baik secara konseptual maupun historis. Penggabungan antara agama, politik dan kesakralan. Sumpah suci inilah yang membuat manusia menjadi Zoon Politicon. (rez)