Kropotkin Dicurigai, Tapi Juga Dipuji

Judul Buku: Kropotkin and the Anarchist Intellectual Tradition

Penulis: Jim Mac Laughlin

Penerbit: Pluto Press

Tebal Buku: 269 halaman

Tahun Terbit: Juni 2016 (Cetakan I)

Kita sudah terlanjur salah kaprah mengidentikkan kata ‘anarkisme’ sebagai paham pro-kekerasan. Ketika kata itu disebut, maka yang terbayang dalam benak adalah aksi brutal, merusak, memporak-porandakan. Apalagi, selama ini elit kekuasaan juga memahami kata ‘anarkisme’ identik pada paham kekerasan. Bersikap anarkis jelas kemudian dianggap berperilaku brutal, cenderung pada aksi kekerasan. Salah kaprah ini sudah berlangsung lama, entah siapa yang mulai menyamakan kata ‘anarkis’ diidentikkan pada aksi kekerasan dan brutal.

Penulis buku ini hendak merombak kesalahkaprahan itu. Bahwa anarkisme tidaklah identik pada aksi kekerasan. Paham ini merujuk pada sejarah silam ketika warga masyarakat mengelola kesehariannya, tanpa pemimpin. Mereka tak butuh pemimpin bila dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, semuanya bisa dikerjakan sendiri. Oleh karena itu, anarkisme harus dipahami sebagai paham yang melihat kegiatan warga tanpa perlu kepemimpinan. Hal ini merujuk pada kata ‘anarkis’ yang sesungguhnya bermakna dari pecahan dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ‘an’ yang berarti ‘tanpa’ dan ‘archus’ bermakna ‘pemimpin’. Maka, anarkis sejatinya bermakna ‘tanpa pemimpin’. Oleh karena itu, studi-studi tentang anarkisme kerap merujuk kepada kenyataan sosial dimana ada komunitas minus pemimpin. Para anggota komunitas sudah merasa berada pada peran masing-masing, berkarya sesuai kemampuan dan merumuskan masa depan bersama-sama. Itulah gambaran singkat tentang anarkisme.  

Dalam lima bab buku ini, penulis menguraikan peran Peter Kropotkin, intelektual Rusia, dalam menyusun wacana anarkisme. Dimulai dengan lintasan sejarah masyarakat yang memperlihatkan ciri-ciri anarkis. Artinya, masyarakat yang mengelola dirinya sendiri tanpa butuh intervensi atau campur-tangan pemimpin. Sejarah masyarakat semacam ini terjadi bukan saja di daratan Eropa, melainkan juga tampak di daratan Cina. Ketika ajaran filosofis Lao-Tse, yang dikumandangkan baik oleh Zhuangzyi dan Bao Jingyen sekitar abad ke-6 sebelum Masehi, menunjukkan karakter anarkis.

Isinya, sindiran terhadap pemimpin yang diibaratkan sebagai perampok besar. Sindiran kaum anarkis kepada para pemimpin konyol terus berlangsung. Bahkan, di era modern saat ini, sindiran itu kerap muncul dalam bentuk seni dan budaya. Kaum anarkis acap menunjukkan sikap kritis pada pemimpin, tak peduli pada resiko akibat meledek para pemimpin. Kropotkin merumuskan dengan baik, kritik-kritik anarkis melalui berbagai pamflet dan buku.

Sebagai intelektual yang hidup diawal seperempat abad 20, Peter Kropotkin tentu boleh dibilang unik. Selain karena aktivitasnya bersentuhan erat pada kaum komunis, namun kenyataan memperlihatkan ia justru juga mengkritik kecenderungan kaum komunis mengusung pemimpin. Ia menghendaki suasana komunis harus bebas dari kendali pemimpin apalagi negara. Dalam pandangan Kropotkin, masyarakat tanpa pemimpin tentu tetap bisa menjalankan kerja-kerja keseharian. Sehingga, di tangan Kropotkin, kaum komunis itu mempunyai penggambaran sendiri dibanding yang diimajinasikan oleh Lenin, Plekhanov atau lainnya. Ia memang seorang aktivis yang punya tradisi intelektual panjang. Sebelum tampil sebagai aktivis, Kropotkin telah tuntas membaca karya-karya Voltaire, Kant, Hegel, Montesquieu. de Lamartine, sejarah klasik Yunani dan Romawi. Dari karya-karya itulah, serta perjalanannya melanglang Rusia, Kropotkin tentu jauh lebih matang ketimbang para dedengkot komunisme lainnya.

Dan, sosok Peter Kropotkin yang diulas dalam buku ini, pertama kali dikenal sebagai seorang ahli geologi dan antropolog. Kala itu, Rusia masih di bawah sebuah kekaisaran, revolusi belum meletus di Rusia. Kropotkin melakukan perjalanan di seluruh wilayah Kekaisaran Rusia dan melaporkan temuan ilmiah dalam artikel dan makalah akademis, namun dalam perjalanan hidupnya ia berkembang menjadi penulis yang paling berpengaruh dari teori sosial anarkis. Mengelaborasi pada karya sebelumnya, pemikir libertarian seperti Pierre-Joseph Proudhon dan Michael Bakunin, ia mencoba untuk memberikan pemahaman pada anarkisme dengan dasar ilmiah yang rasional.

Sebaliknya, Proudhon dan Bakunin tidak berhasil merancang sebuah teori yang sistematis dan koheren anarkisme, Kropotkin mengabdikan seluruh hidupnya untuk memenuhi tugas ini. Hal itu terlibat dalam penelitian yang mendalam dan ia menulis buku tebal. Dia berusaha untuk memberikan konsepsi anarkis dengan koherensi dan kesatuan yang menarik. Ia secara sistematis memanfaatkan wawasan ilmu-ilmu alam. Itulah Kropotkin, yang kerap dicurigai, tapi juga dipuji. (rez)

Sebelumnya tayang di The Surabaya Review of Books