Judul Buku: A Brief Inquiry Into The Meaning of Sin And Faith
Penulis: John Rawls
Penerbit: Harvard University Press
Tebal Buku: 275 halaman
Tahun Terbit: 2009
Siapa tak kenal John Rawls? Filsuf abad 20 ini menjadi mendunia saat menerbitkan karyanya, Theory of Justice yang menjadi salah satu buku pegangan untuk utama dibidang Hukum dan Sosial Politik di banyak universitas di dunia. Memang wajib mengenal John Rawls sebagai pengantar tentang apa yang selalu kita sebut dengan “Keadilan”, tapi ada buku lainnya yang menarik. Karyanya yang satu ini adalah tulisannya saat masih menempuh S1 nya di Princeton University yang dia beri judul “On My Religion”. Pembahasannya yang analitis khas seorang filsuf yang hanya bisa disuguhkan oleh John Rawls. Berikut adalah ulasan singkatnya.
Kepercayaan adalah sesuatu yang bersifat perkiraan dan praduga. Menurut Rawls, praduga ini tadi kan diterima oleh manusia jika dapat dinalar dan dipahami, sedangkan jika tidak ada penjelasan rasionalnya, maka tidak akan ada yang mengikuti praduga tersebut atau bahkan pengikutnya akan jatuh pada Fanatisme (baca: fanatisme, bukan radikalisme atau fundamentalisme). Dalam pembahasan awal, ada empat praduga yang dibahas secara singkat sebagai pengantar dalam karyanya. Pertama adalah praduga mengenai Tuhan. Apakah dia memiliki semua atribut metafisik yang diarahkan pada-Nya ataukah tidak semua masih menjadi praduga murni dimana kita asumsikan kita tidak akan pernah tahu. Kita hanya bisa tahu Tuhan dari Kitab Suci yang diikuti oleh tiap agama atau kepercayaan masing-masing.
Selanjutnya adalah mengenai Kepribadian. Kepribadian jangan dipahami sebagai “individu” karena sejatinya dua hal itu sangatlah berbeda, dimana individu lebih mengarah kepada fisik sedangkan “kepribadian” itu metafisik. Kepribadian lebih mengarah kepada apa yang kita sebut dengan Jiwa. Maka dari itu, jika berbicara mengenai kehidupan spriritual atau keagamaan adalah ranah kehidupan “personal” atau “pribadi”. Pembahasan ketiga memiliki hubungan erat dengan yang kedua, yakni komunitas. Komunitas menurut John Rawls tidak bisa dipahami sebagai kumpulan individu, karena individu itu bersifat fisik. Yang melakukan sosialisasi demi terwujudnya sebuah komunitas adalah yang metafisik, yakni kepribadiannya, maka Komunitas adalah kumpulan dari Kepribadian. Hutan tidak pernah disebut Komunitas Pohon, Hutan ya Hutan karena mengacu pada fisiknya dan tidak ada interaksi antar pohon. Disinilah praduga terakhir menjadi kesimpulan yang mutakhir, bahwa kepercayaan atau agama seorang pribadi itu dibentuk oleh Komunitas ditempat dia berproses.
Hubungan manusia dengan Tuhan bersifat personal tapi diwarnai oleh tempat dimana dia tinggal atau komunitas (masyarakat) sekitarnya. Untuk memahami Tuhan tidak bisa menggunakan logika deduksi dan susah untuk memberikan validitas keberadaan Tuhan. Yang jadi permasalahan adalah saat melihat sebuah kepribadian dan Komunitas pastinya menggunakan pengamatan empiris, sedangkan agar seorang pribadi tahu tentang keberadaan Tuhan maka dia tidak bisa menggunakan pengamatan secara empiris, padahal antara Tuhan, pribadi dan komunitas terhubung secara satu sama lain seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Kenapa banyak kepercayaan gagal? Karena mereka jatuh pada logika deduktif yang digunakan untuk menjelaskan Tuhan ditambah dengan spekulasi yang bersifat sangat abstrak dan kerap kali tidak bisa diterima akal sehat.
Adapun pembahasan lainnya adalah mengenai Dosa. Kenapa dosa bukan pahala? Karena terkadang lebih banyak orang beragama atau mereka yang memiliki kepercayaan, melaksanakan ritual peribadatan bukan karena keinginan mendapat pahala tapi ketakutan akan dosa. Bagi Rawls, dosa diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan sebuah komunitas hancur. Dosa memang dilakukan oleh tiap pribadi masing-masing saja, tapi saat dosa itu dilakukan, seringkali berimbas kepada komunitas dan imbas ini lah yang menjadi penilaian baik ataupun buruk sesuatu yang dilakukan oleh seorang pribadi kepada komunitas. Jika imbasnya buruk, maka ganjarannya adalah sesuatu yang kita sebut Dosa.
Kepercayaan dan Dosa yang dibahas disini sangatlah erat hubungannya dengan etika dimana sifatnya universal, itu kenapa kurang lebih banyak aturan dalam sebuah kepercayaan sama dengan kepercayaan yang lain. Etika adalah sebuah cara untuk menyelidiki perilaku kepribadian atau sebuah komunitas. Yang menjadi masalah utama moral adalah bagaimana seseorang berperilaku dihadapan orang lain. Pandangan orang lain yang akan menumbuhkan penilaian baik maupun buruk untuk orang tersebut. Jika masuk ke dalam ranah kepercayaan maka nanti akan berhubungan erat dengan Dosa. Sedangkan permasalahan keagamaan bersifat lebih komunal, pertimbangan akan bagaimana seseorang berhubungan dengan Tuhan. Tidak dapat dipisahkan antara Kepercayaan/Agama dengan Etika karena keduanya menghadapi hal yang sama: bagaimana seseorang harus berperilaku kepada orang lain? Menolong manusia untuk lebih mudah memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Tidak mudah memahami teologi apalagi dengan kerangka berfikir yang analitis, memang karya John Rawls yang satu ini bisa dibilang cukup berat karena berbicara Teologi dengan menggunakan pisau analisa filosofis. Bahasa yang digunakanpun masih banyak yang harus dicari dikamus, karena belum ada Penerbit Indonesia yang menerbitkan buku ini dalam Bahasa Indonesia. Namun setelah paham arti kalimatnya maka premis-premis yang diajukan oleh John Rawls begitupula analoginya bersifat sangat masuk akal dan memang sesuatu yang hanya bisa disuguhkan oleh John Rawls. (rez)