Sebuah Tulisan Profesor Marxis

Judul Buku: Marxism and Philosophy

Penulis: Karl Korsch

Penerbit: Monthly Review Press

Tebal Buku:

Tahun Terbit: 2008

Filsafat, sebagai induk segala ilmu adalah “suatu” hal yang paling berat untuk dipelajari dan terkadang banyak yang memandang “suramnya” masa depan para filsuf. Filsafat pun kurang digemari karena beratnya pembahasan mengenai disiplin ilmu ini. Seringkali pertanyaan dijawab dengan pertanyaan lainnya, menurut Budi Hardiman, filsafat adalah sebuah seni memahami. Memahami apa? Memahami segala disiplin ilmu lainnya. Marxisme sebagai ideologi yang cukup tua, juga tidak akan terkenal tanpa keberadaan filsafat didalamnya. Akan tetapi, bagi beberapa orang, dialektika materialisme yang dibawa oleh Marx hanyalah sebagian kecil dari disiplin ilmu filsafat. Perlu dipahami secara lebih mendalam tentang hubungan antara filsafat dengan marxisme jika ingin berbicara mengenai dialektika materialisme, dan Karl Korsch adalah filsuf Marxis paling substansial jika membicarakan topik tersebut.

Buku ini adalah kumpulan esai yang ditulis oleh Karl pada tahun 1923 sebagai kritik terhadap pandangan bahwa Marxisme hanyalah hegelianisme yang membusuk. Para Marxis sendiri tidak pernah menekankan marxisme nya pada sisi filsafat, dengan alasan mereka masing-masing. Marx dan Engels sangat bangga akan gerakan pekerja yang dipelopori melalui filsafat Jerman dalam sosialisme ilmiah. Namun sosialisme ilmiah ini tidak mengutamakan pada filsafatnya. Mereka menganggap sosialisme ilmiah telah mengalahkan filsafat idealis borjuis dan filsafat lainnya.

Para Marxis pada periode Internasionale kedua (1889-1914) tertarik pada pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tidak filosofis, tetapi hanya menghubungkan metodologi dan epistemologi dari teori marxis. Terkadang mereka berkumpul dalam sebuah tempat dan membahas hal-hal filosofis hingga berjam-jam sehingga lupa bahwa pembahasan mereka tidak lagi mendukung perjuangan kaum proletariat. Adapun kesepakatan dari dua kubu yang berlawanan, yakni para profesor borjuis yang menganggap bahwa marxisme tidak memiliki konten filsafat dan para marxis ortodoks pun menyetujui bahwa marxisme mereka secara mendasar memang tidak berhubungan dengan filsafat.

Diantara keduanya muncul golongan sosialis-filosofis yang hendaknya menggabungkan pandangan Marx dengan filsuf lainnya seperti Kant, Dietzgen atau Mach dengan harapan mengasimilasi sistem Marxian dengan budaya filsafat (terutama yang dari Jerman). Hal ini muncul karena pandangan mereka bahwa marxisme butuh pasokan pemikiran filsafat agar menjadi ideologi yang seutuhnya. Dengan adanya pandangan seperti itu maka makin memperkuat bahwa marxisme memang kekurangan konten filosofis dalam perkembangannya.

Sekarang akan lebih mudah untuk menggambarkan konsepsi negatif akan filsafat dan marxisme karena ungkapan-ungkapan yang dikeluarkan baik dari kelompok profesor borjuis maupun pemikir marxis dan dua kasus ini muncul karena sebuah analisa logis dan historis yang masih belum sempurna. Masih banyak penolakan baik dari dua kubu dan diperkuat lagi oleh kubu yang ketiga dengan pernyataannya yang berusaha untuk memadukan marxisme dan filsafat, bahwa marxisme memang lemah secara filosofis bahkan tidak punya landasan filosofis. Korsch di sini mengkritik pula para pemikir borjuis yang membicarakan marxisme karena mereka melakukan kritik terhadap marxisme sedangkan dalam diskursus hegelian pun mereka belum selesai yang bertepatan dengan kegagalan dalam menerapkan filsafat dalam realitas, teori tidak bisa diimplementasikan.

Kita patut berterimakasih baik pada Marx maupun Engels yang awalnya menganut pemikiran Hegel, mereka malah mengkritiknya habis-habisan dan menyelamatkan filsafat Jerman dari jurang idealisme dan membawa sebuah pandangan baru, Materialisme yang lebih bisa diterapkan dan lebih mudah dipahami. Banyak yang membicarakan filsafat marxis tapi lupa akan keberadaan dialektika, salah satu bagian yang penting dalam memahami filsafat marxisme.

Masih banyak lagi yang dibahas dalam buku ini. Karena keberadaan buku ini, Karl Korsch dituding sebagai revisionis oleh kelompok Stalinis, yakni Zinoviev. Buku ini banyak dikritik oleh pemikir Marxis lainnya pada zamannya, namun yang terpenting ialah karya Profesor Korsch ini merupakan sebuah mahakarya yang meletakkan pondasi filsafat dalam marxisme yang diawali dengan konflik para pemikir mengenai keberadaan filsafat didalam marxisme. Termasuk buku yang berat, tapi memang pemikir Marxis harus kuat dengan pressing pemikiran. (rez)