Judul: The Politics of Subversion
Penulis: Antonio Negri
Penerbit: Polity
Tebal buku: viii + 232 hlm
Tahun terbit: 1989
Fitur dasar dari Ilmu Politik ialah negara. Di dalam organisasi kekuasaan ini, keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan publik dibuat dan dilaksanakan. Namun tak hanya itu, negara juga dapat memonopoli penggunaan kekerasan secara sah. Kekerasan tidak hanya berupa penganiayaan fisik, melalui ide, sosial, ekonomi, dan budaya kekerasan pun bisa tercipta. Dalam tradisi marxis yang berbicara tentang pertarungan kelas antara si kaya dan si miskin, kekerasan pun ada. Bentuknya adalah kapitalisme yang tujuannya memperkaya si kaya dan menahan kesejahteraan si miskin. Berbicara mengenai tradisi marxis memang tidak terlepas dari istilah-istilah yang fantastis seperti pertarungan kelas, pemogokan kerja, komposisi kelas, kapital sosial, gaji politik, kelas pekerja, sirkulasi kapital, dan masih banyak lagi. Dari sini pula, lahirlah berbagai anak ideologi Marxist, salah satunya adalah Workerisme yang khas dari Italia.
Antonio Negri, seorang filsuf politik dan marxist-autonomis dari Italia, mendekati akhir dari abad kedua puluh menulis prediksi-prediksi tentang bentuk konflik dan pertarungan kelas baru yang akan berkembang di abad kedua puluh satu. Prediksi-prediksi tersebut ia tuangkan dalam buku ini, Politik Perlawanan. Di dalam buku ini, Negri mengembangkan ide-ide pokok yang menjadi dasar analisis paling berpengaruh tentang bentuk kekuasaan dan perjuangan sosial hari ini. Ini adalah karya lanjutan Negri setelah Empire dan Multitude; sebuah manifesto bagi abad kedua puluh satu kita.
Penganut Workerisme secara tegas meminggirkan pertanyaan tentang ‘kesadaran kelas’ untuk menghindari perdebatan internal dalam persepsi Leninis tentang kesadaran yang ditekankan pada faktor eksternal. Ketika krisis dan kemandekan ekonomi mengguncang Italia di tahun 1971, jauh sebelum internasionalisasi krisis, keadaan itu ditafsirkan sebagai serangan balasan dari kapitalis ke kekuasaan yang telah diperoleh kaum proletar selama ‘Hot Autumn’ di 1969. Secara keseluruhan, peristiwa itu oleh Workerisme dipandang sebagai kegagalan negara dalam mengantisipasi krisis. Negara yang diharapkan mampu merancang suatu operasi politik untuk mencegah penguraian kelas dari penjegalan kapitalis, tidak mampu memprediksi masa depannya. Sehingga, kesadaran yang dimaksud dalam Workerisme ini ialah sadar atas kondisi internal dimana negara tidak mampu mengatasi krisis yang disebabkan oleh kapitalis terhadap kelas pekerja. Timbul lah perlawanan yang arahnya justru kepada negara juga.
Perlawanan timbul dari rakyat pekerja yang tidak puas dengan ‘imbalan’ yang diberikan sistem kapitalis. Dalam suatu sistem produksi kapitalis, pekerja menjadi target eksploitasi dengan upah yang tidak sebanding. Terkadang mereka juga harus menghadapi diskriminasi atau kekerasan dari bosnya. Inilah yang menimbulkan ketidakpuasan di antara pekerja. Mereka kemudian bersatu untuk melawan dan menuntut hak-hak yang lebih adil. Bersatunya rakyat pekerja yang didasari oleh kesadaran terhadap perlunya kerjasama yang saling menguntungkan dalam proses produksi, pengaturan jam kerja yang wajar dan upah yang sebanding menciptakan pekerja yang tersosialkan. Tidak hanya itu, berkembangnya teknologi baru juga telah meminggirkan pabrik tradisional dan lingkungan. Bagi para pekerja, masyarakat dibentuk oleh lingkungan karena lingkungan adalah pabrik bagi para pekerja yang tersosialkan.
Perlawanan kelas pekerja ini juga membangkitkan subjek sosial baru yakni subjek intelektual atau pelajar. Subjek ini bagaimanapun juga merupakan kelompok proletar yang timbul dari sebuah rencana kolektif atas kebutuhan untuk memperjuangkan persamaan. Sebuah subjek yang menolak politik dan secara cepat membangkitkan keberadaan dan perjuangan kelas pekerja. Bersama-sama, keduanya membangkitkan kekuatan perlawanan yang bertujuan melawan semua struktur eksploitasi dengan segala bentuknya. Perlawanan adalah penghancuran kekerasan yang melekat pada tubuh eksploitasi dan yang menjalar di masyarakat secara sangat perlahan, tidak terlihat, dan besar-besaran. Sederhananya, perlawanan adalah sebuah kekuatan yang merintangi; merintangi apapun yang tidak sesuai dengannya. Gerakan ini tidak lagi hanya sebuah gerakan ideologis, tetapi juga gerakan yang fungsional dan bawaan.
Meluasnya jaringan komunikasi dan globalisasi produksi membuat kapitalisme tidak hanya menciptakan lingkungan kapitalis bagi sekelilingnya, tetapi telah memiliki medan kapitalismenya sendiri. Inilah kapitalisme total. Negri menunjukkan bahwa solidaritas lama harus dirumuskan ulang dan aliansi baru perlu dibentuk. Saat ini adalah masanya kebangkitan solidaritas transnasional yang dapat menantang kekuatan dominan global (ich)