Judul Buku: From The Factories to The Metropolis
Penulis: Antonio Negri
Penerbit: Polity
Tebal Buku: 187 halaman
Tahun Terbit: 2018
Negri telah menjadi fokus tersendiri bagi saya, karena memang pembahasan yang ia bawa dan suguhkan dalam setiap bukunya mengandung makna bagi kehidupan di dunia modern ini. Banyak anak-anak muda jaman sekarang, justru lebih gandrung kepada pemikiran kelompok marxis ortodoks dibanding para pemikir marxis yang lebih baru dan relevan. Pandangan mereka yang terlalu kolot dan perilakunya yang suka menjelek-jelekkan, membuat pemikiran mereka tidak bisa berkembang. Terkadang kalian harus mempelajari musuh kalian agar dapat menaklukkannya. Kritis adalah dasar bagi para teoritisi yang berhalauan marxisme, bagi mereka yang mendewakan Karl Marx, tidak akan mampu untuk mengembangkan pandangan apapun. Hal-hal seperti inilah yang tidak didapati dalam sosok Negri, berikut adalah sedikit ulasan mengenai bukunya yang baru akan terbit ditahun 2018 kedepan.
Diawali dengan kisah mengenai perusahaan Philips dari Belanda yang akan menjual seluruh pabriknya, sehingga mereka akan menjadi perusahaan tanpa pabrik. Mereka akan berubah menjadi perusahaan virtual. Akan tetapi tidak mungkin sebuah perusahaan itu tidak memiliki pabrik, hanya saja pengelolaan pabrik akan diberikan kepada kelompok/perusahaan lain. Mereka yang mengambil jalur ini berarti memiliki manajemen yang tidak ingin lagi kerepotan dalam mengelola pabrik, inilah tanda kemunculan generasi instan. Seakan-akan bentuk mereka berubah, namun buruh akan tetap dieksploitasi oleh manajemen yang berbeda. Menurut Negri, perusahaan pasca-Fordism adalah perusahaan virtual.
Bergerak kepada pembahasan selanjutnya, dia membahas mengenai rentenir, yang menurut Negri merupakan orang yang meminjamkan uang kepadamu, namun dia akan mendapatkan banyak uang tanpa banyak bekerja. Beberapa kelompok pemikir seperti Burke dan Hegel menganggap bahwa rentenir adalah bagian dari hukum alam yang memang dibutuhkan oleh manusia. Sedangkan kelompok reformis semacam Rousseau menolak keberadaan mereka. Yang menarik ialah ketika Negri berpendapat bahwa terlepas Adam Smith tidak sepakat dengan keberadaan rentenir, namun pembangunan yang dilakukan para kapitalis ditempuh melalui jalur-jalur rentenir dengan gaya lebih modern semacam loans bersyarat kebijakan yang wajib dilaksanakan oleh negara-negara peminjam. Proses terjadinya permasalahan skala global ini acapkali tidak dipahami oleh negara debitur.
Kita telah merasakan bahwa kapitalisme finansial telah merajalela diseluruh sendi-sendi kehidupan kita. Produksi telah menjadi sesuatu yang biasa bagi kehidupan kita dan juga akhirnya konsumsi adalah kebiasaan kita pula. Industrialisasi telah membentuk manusia menjadi mesin yang mendaur-ulang barang produksinya yang sudah usang dan menggunakannya lagi, hanya akan digunakan untuk memaksimalkan keuntungan untuk para pengusaha. Yang menjadi problematika baru adalah bagaimana para buruh tetap setia terhadap pandangan lama mengenai perusahaan yang selalu memiliki pabrik. Akhirnya pendekatan konflik yang mereka gunakan dengan berdemonstrasi lama-kelamaan akan tidak berguna. Paradigma seperti itu akan ditinggalkan karena para buruh nanti sudah tidak bekerja di pabrik lagi, melainkan proses produksi dapat dilakukan di rumah masing-masing, yang terpenting ialah target tercapai. Mereka akan diasingkan dari sesama buruh itu sendiri dengan kemunculan perusahaan virtual.
Demokrasi turut dibahas dalam buku ini. Posisinya dilematis, disisi lain berusaha untuk membantu rakyat bawah bersuara akan tetapi juga melindungi hak kepemilikan pribadi. Bagi Negri yang mengacu kepada Rousseau, bahwa demokrasi memunculkan kata privat dan publik. Privat dapat bermakna sebagai barang yang diakui atau diklaim oleh seseorang sebagai miliknya, sedangkan barang publik merupakan barang yang dimiliki semua orang akan tetapi tidak dimiliki semua orang, dengan kata lain, barang publik dimiliki oleh negara. Yang berhak mengalokasikan dan mendistribusikan barang publik adalah negara. Selain itu negara berperan sebagai stabilisator, demokrasi tidak berarti bebas sebebas-bebasnya, melainkan pragmatisme publik. Sesuatu akan menjadi barang publik jika menguntungkan masyarakat dan wajib dimiliki negara, maka bisa sebuah perusahaan dinasionalisasi.
Buku ini sekilas memang merupakan volume kedua setelah Marx and Foucault sebagai seri karangan tersebar yang ditulis oleh Antonio Negri sendiri. Penerbit Polity mengangkat pola yang sederhana tapi memikat pada sampul bukunya dengan menggunakan gambar rantai yang secara simbolik dapat dimaknai sebagai kehidupan di pabrik yang tiada henti dan penuh konflik. Adapun huruf yang digunakan cukup besar sehingga terlihat gamblang dalam membacanya, tetapi, penjilidan dari kumpulan esai ini terlalu kaku sehingga membuat pembaca kurang nyaman dalam menelisik kedalam. Akhir kata, terlepas ada beberapa kekurangan Negri seperti pemilihan diksi kata yang terlalu rumit, namun harus diakui bahwa ia adalah Marxis sejati di abad keduapuluhsatu. (rez)