Judul Buku: An Inconvenient Sequel
Penulis: Al Gore
Penerbit: Rodale
Tebal Buku: 320 halaman
Tahun Terbit: 2017
ISBN: 978-1-63565-108-9 (Paperback)
Nama Al Gore belum begitu familiar ditelinga orang Indonesia, tidak hanya yang awam, bahkan para akademisinya pun. Beliau merupakan kader Partai Demokrat yang cemerlang, terutama pada aktivismenya dibidang lingkungan. Yang menarik, tidak hanya aktivis, pada tahun 1993 sampai 2001, ia merupakan Wakil Presiden Amerika Serikat ke-45, semasa Presiden Bill Clinton. Gore memiliki ketertarikan mendalam terhadap kasus perubahan iklim dan pemanasan global, karena memperkenalkan akan bahayanya kedua hal tersebut, Al Gore berhasil menyabet Hadiah Nobel Perdamaian.
Aktivis tanpa karya hanya menjadi omong kosong, untuk itu Al Gore memiliki sejajaran buku yang akan membuat kita berpikir keras. Namun, bukunya yang satu ini merupakan alat Gore untuk memperkenalkan pemanasan global kepada khalayak umum. Sehingga isi bukunya sangatlah menarik, tidak seperti buku teoritik pada umumnya. Seperti apa isi bukunya? Mari simak review saya yang kali ini.
Ketika membuka buku ini, para pembaca akan kebingungan mencari daftar isi. Karena memang tidak ada. Buku ini dimulai dengan renungan-renungan tentang perilaku manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Hubungan kita dengan alam. Dampak-dampak negatif yang telah kita buat, baik secara sadar maupun tidak. Kenaikan suhu terjadi sangat cepat, bahkan malam hari bisa lebih cepat dibandingkan siang, sehingga gelombang panas bukanlah hal yang jarang kita temukan di masa pemanasan global ini.
Bencana iklim ini tidak tanpa sebab. Peristiwa ini terjadi akibat dari akumulasi pemanasan global dan polusi secara berkelanjutan yang dilakukan oleh manusia terhadap atmosfir bumi. Memanasnya lautan juga berdampak kepada matinya terumbu karang yang nantinya akan mengganggu ekosistem laut. Disisi lain, memanasnya air laut juga berdampak pada migrasi ikan secara masif yang makin berkurang jumlahnya karena penangkapan ikan yang berlebihan.
Efek rumah kaca juga semakin meningkatkan kadar pemanasan global. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang berlebihan pasca Perang Dunia Kedua merupakan sebab utama bumi semakin memanas. Sekarang, hampir seluruh kegiatan manusia selalu ditopang oleh bahan bakar minyak. Ada salah satu gambar pada halaman 40-41 yang mengilustrasikan tentang pekerjaan dan aktivitas manusia yang banyak menggunakan bahan bakar minyak berpolusi.
Alhasil, pemanasan global akan menghasilkan suhu yang sangat panas ditambah dengan keadaan yang lembab akan membuat tempat tinggal kita merasa semakin panas. Suhu terpanas pada tahun 2015 menurut penulis, ada di Bandar Mahshahr, Iran, yang mencapai 74’. Semenjak 2001, terjadi kenaikan suhu bumi yang secara berkelanjutan sampai dengan sekarang. Yang tidak disangka, gelombang panas ini telah melelehkan jalan-jalan yang kita lewati dan menelan korban jiwa. Pada tahun 2015 juga, gelombang panas menelan sekitar 2500 korban jiwa di Pakistan.
Air Laut dan pemanasan global tetap memiliki dampak alamiah, salah satunya adalah terfokusnya panas di lautan akan memunculkan badai yang lebih destruktif ketimbang sebelumnya, salah satu contoh yang diutarakan oleh Al Gore adalah Badai Super Haiyan yang menerpa Kota Tacloban di Filipina di tahun 2013. Ribuan orang mati dalam bencana alam ini. Penjelasan yang mengalir dari Al Gore memperlihatkan bahwa Badai Super Haiyan ini sebenarnya merupakan dampak dari ulah manusia yang dimulai dengan penggunaan BBM berlebihan.
Ketika air memanas, maka sesuai dengan teori hydrological cycle akan menguap keatas dan menjadi awan. Penjelasan macam ini kerap kita dapatkan saat SMA, namun tidak dijelaskan secara rinci bahwa ada yang namanya atmospheric river, yakni sebuah awan yang bergerak membentuk seperti sungai yang mengalir. Aliran ini bisa membawa air dalam jarak yang jauh sehingga hujan yang kita dapati sekarang, bisa saja berasal dari Samudra Atlantik atau Samudra lainnya yang jauh dari tempat dimana kita tinggal.
Adapun air-air yang dibawa oleh atmospheric rivers dapat jatuh bersamaan (sekaligus), Seperti yang terjadi pada Phoenix, Arizona di tanggal 18 Juli 2016. Kejadian ini disebut dengan rain bombs. Cuaca yang iklim akan menghasilkan bencana yang lebih sering terjadi. Cuaca ekstrim ini dimulai semenjak 1980. Ada wilayah yang akan sering diterpa banjir namun ada pula negara-negara yang dilanda kekeringan seperti India di awal tahun 2016. Kekeringan pun berbahaya karena muncul dari cuaca panas yang ekstrim, maka berkemungkinan untuk memunculkan kebakaran hutan.
Akibat kekeringan yang berkepanjangan dan kebakaran hutan, banyak bahan pangan yang ikut musnah yang berdampak kepada kenaikan harga pangan yang tajam. Saat harga pangan mencapai puncaknya, permasalahan politik dan sosial pun masuk. Salah satunya Pemerintah Tunisia yang berhadapan dengan masyarakatnya sendiri di tahun 2011 dan mulainya Arab Spring. Baik karena kericuhan, kekeringan dan kemiskinan yang mendorong penduduk dari Timur Tengah seperti Syria bermigrasi ke negara lain. Mengutip dari Departemen Pertahanan AS bahwa perubahan cuaca akan berujung kepada kelangkaan air dan pangan, penyakit menular dan pengungsi.
Krisis cuaca di beberapa daerah di dunia berasal karena kekurangan air. Penggunaan air oleh manusia hanya 11% untuk kebutuhan personal, 19% untuk urusan pabrik dan 70% digunakan untuk agrikultur (pertanian dan peternakan). Ada fakta menarik yang juga diutarakan oleh Gore adalah hubungan antara virus dengan perubahan iklim. Pada cuaca yang buruk, baik virus Zika dan nyamuk Aedes Aegypti hidup sedikit lebih lama dan nyamuk bisa menyebarkan virusnya dengan cepat, tepat sebelum dia mati, sedangkan pada cuaca biasa, nyamuk mati terlebih dahulu sebelum virus mampu berkembang didalamnya.
Sekarang, manusia kebingungan dan berinovasi untuk memunculkan energi terbarukan yang tidak memiliki dampak negatif terhadap perubahan cuaca yang berdampak kepada pemanasan global. Beberapa contoh yang diberikan oleh Al Gore adalah pembangkit tenaga listrik di Skotlandia, inovasi semacam ini juga diterapkan di Denmark, yang pembangkit listrik tenaga anginnya berjalan 24 jam sehari. Chile lebih dahulu dalam perkara energi terbarukan, negara Amerika Selatan ini mengembangkan pembangkit listrik tenaga matahari semenjak 2013.
Kasus perubahan iklim dan pemanasan global ini disertai dengan semakin langkanya barang tambang seperti minyak bumi dan batu bara. Kanada bahkan membuat kebijakan publik sendiri perkara batu bara, untungnya pembangkit listri bertenaga batu bara ini menimbulkan polusi yang membuat pemanasan global semakin menjadi. Untuk itu pemerintah Kanada menutup pembangkit listrik semacam ini di tahun 2014.
Masih banyak studi kasus yang dibeberkan oleh penulis berkenaan dengan pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi di dunia, pendekatan environmentalisme sangat kental dan Al Gore memiliki cara yang berbeda dalam mengutarakan problematika ini. Dia menekankan kepada ulah manusia yang merusak alam, sedangkan beberapa aktivis lingkungan lainnya sepeti Naomi Klein, menghubungkan perubahan iklim dengan kapitalisme seperti dalam bukunya This Changes Everything.
Yang menjadi kelebihan dari buku Al Gore dibanding karya Klein adalah penggunaan foto yang menjelaskan lebih jauh terhadap bencana yang manusia dapatkan ketika merusak alam, sedanhkan buku karya Naomi Klein hanya menggunakan tulisan. Kelebihan ini di dukung dengan adanya data statistik tentang segala hal yang berkaitan dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Ditambah dengan dua kolom khusus, yakni Profile yang membicarakan tentang orang-orang dari berbagai macam disiplin ilmu yang memiliki ketertarikan dalam menyelesaikan permasalahan alam ini dan Deep Dive yang mengulas peristiwa tertentu yang berkaitan dengan tema buku ini.
Gaya penyampaian yang santai dengan penggunaan bahasa yang lugas membuat buku ini pantas untuk menjadi pengantar tentang permasalahan lingkungan yang sedang kita hadapi. Ketika buku ini diterbitkan dalam Bahasa Indonesia, judul yang sesuai adalah Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Untuk Pemula. Cocok bagi para pembaca yang ingin mengawali studi tentang Global Warming. (rez)