Judul Buku: Al-Qaeda
Penulis: Christina Hellmich
Penerbit: Zed Books
Tebal Buku: 212 halaman
Tahun Terbit: 2011
Nama Al-Qaeda acapkali kita dengar berkonotasi sebagai terorisme. Mereka lah yang katanya bertanggungjawab terhadap tragedi 9/11 di tahun 2001. Namun pasca penabrakan terjadi, mereka memang mengaku, bukan dituding sebagai pelaku dalam tindak terorisme tersebut. Siapa kira ternyata, bahwa Al-Qaeda merupakan kelompok pemberontakan pada awalnya, bukan organisasi terorisme. Kelompok pemberontak ini merupakan bentukan para veteran perang Afghanistan. Mereka terbentuk di tahun 1988 yang pada saat itu diketuai oleh Azzam dengan wakilnya, Osama bin Laden. Hanya selang satu tahun, 1989, Azzam meninggal dan digantikan oleh wakilnya, si kaya Osama. Tidak lama setelah kepemimpinan dipegang Osama, mereka berpindah dari Afghanistan ke Sudan, disana mereka diterima oleh pemerintahan Sudan. Meskipun setelah itu berpindah-pindah ke beberapa tempat pasca tahun 1996, namun tujuan mereka tetap, menyebarkan Jihad ke seluruh dunia. Apakah Al-Qaeda memang menjadi momok dunia, benarkah mereka adalah wajah yang kerap dipandang oleh kaum non-muslim? Mari kita baca resensi singkat ini.
Awalnya, Al-Qaeda merupakan kelompok milisi pemberontak yang dibangun di Afghanistan untuk melawan kekuatan Komunis dari Soviet yang berusaha melakukan invasi. Seruan melawan penjajah ini disebut sebagai Jihad dan yang ikut dalam jihad disebut dengan mujahidin/mujahid. Pertarungan ini tidak hanya diserukan di dalam Afghanistan, namun seluruh pemuda muslim di berbagai penjuru dunia untuk ikut bergabung mempertahankan Afghanistan. Pemimpin-pemimpin dari Al-Qaeda bukan lah orang bodoh. Dalam buku ini dijelaskan bahwa tiap orang memiliki kelebihan masing-masing: Osama bin Laden merupakan anak dari saudagar kaya di Saudi, Abdullah Azzam merupakan seorang Doktor (Dr. Abdullah Azzam), Ayman Az-Zawahiri ialah seorang ahli bedah dan Said Quthb lah yang mengilustrasikan jalur Jihad dan guru dari semuanya.
Jihad Afghanistan menjadi bersifat global karena seruan yang dilakukan oleh Abdullah Azzam. Jika bicara mengenai beliau, ia lah yang memanggil dan merekrut berbagai umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk bergabung dalam Al-Qaeda dan mempertahankan Afghanistan dari penjajah Ateis yakni Uni Soviet. Sekeras apapun Azzam, ia hanya meminta wilayah-wilayah Islam kembali dipimpin oleh umat Islam, meskipun pemimpinnya sekuler. Inilah yang menjadi perbedaan pendapat dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Dia masih mentolerir keberadaan Islam Sekuler dan menolak adanya pertarungan diantara umat Islam sendiri, sebuah pandangan yang membawanya kepada liang lahat. Ia mati karena bom mobil yang diledakkan pada tahun 1989 di Pakistan.
Setelah kematian Syaikh Azzam ini, kepemimpinan Al-Qaeda berada ditangan wakilnya, Bin Laden. Patut kita pahami bahwa Bin Laden sedikit lebih agresif dibanding Azzam. Adapun sebelum itu Azzam dan Bin Laden sempat membuat biro penyaluran tenaga Mujahidin bernama Maktab Al- Khidmat (MAK). MAK inilah yang menjadi ujung tombak perekrutan sebelum Al-Qaeda terbentuk. Dibawah kepemimpinan Bin Laden, MAK sangatlah subur merekrut para mujahidin, dana yang digelontorkan kisaran 25.000 dollar Amerika per bulan agar biro ini tetap berjalan dengan baik. Meskipun datang dengan panggilan Jihad, namun tetap harus profesional dan dibayar layaknya tentara yang sedang bekerja atau dinas diluar negeri.
Yang menarik adalah Laporan Komisi 9/11 yang menandai dengan tebal bahwa dana dari Amerika Serikat lah yang membuat Al-Qaeda subur semasa perlawanan mereka terhadap dominasi Soviet. AS bermain tidak dengan menurunkan tentara namun aliran dan suntikan dana besar yang membuat pemberontakan ini tetap mampu menjaga dirinya dengan baik. Sebenarnya MAK inilah yang menjadi pondasi kemunculan Al-Qaeda, dimana Bin Laden dan Azzam sepakat bahwa biro tersebut dipersiapkan untuk kelompok Jihad dimasa depan. Banyak sumber yang disebut dalam buku ini mengenai kelahiran Al-Qaeda, namun tetap ide mengenai nama tersebut dicetuskan oleh Abdullah Azzam, karena Osama sendiri mengatakan bahwasanya nama Al-Qaeda sudah dikumandangkan semenjak peperangan melawan Soviet (saat itu masih bernama MAK).
Membahas struktur Al-Qaeda sendiri memunculkan banyak perdebatan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qaeda merupakan himpunan organisasi islamis yang ketat namun dibawahnya ada organisasi-organisasi yang lemah secara struktur dan dikoordinir oleh Al-Qaeda, adapun yang menganggap Al-Qaeda sebagai sebuah kesatuan tersendiri yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dana sendiri dan memiliki berbagai komite didalamnya, dipimpin oleh Majelis Syuro’ (Ring 1 Bin Laden).
Menurut Sageman, Al-Qaeda adalah sebuah kelompok yang menjadi promotor jaringan global untuk Jihad. Kelompok ini sebenarnya adalah gerakan sosial yang mendukung seruan Jihad di berbagai belahan dunia dan tidak hanya terpusat di Timur Tengah saja. Namun, pasca pengeboman kedubes AS di Afrika Timur pada tahun 1998, salah satu pelaku tertangkap bernama Khalfan Khamis Muhamed menyatakan bahwa ia tidak pernah bersumpah (bai’at) kepada kelompok yang bernama Al-Qaeda. Dari testimoni Khalfan ini, ditarik kesimpulan bahwa Al-Qaeda bukanlah sebuah organisasi, namun taktik aktivisme yang digunakan Azzam, bahkan aktivisme tidak hanya berkonotasi pada kelompok kiri, namun kelompok Islam “radikal” pun memiliki gaya aktivisme nya tersendiri yang lebih jitu.
Berbagai macam argumen dikeluarkan oleh para peneliti mengenai gerakan Islam yang awanya berbasis di Afghanistan ini. Tudingan apapun dilayangkan kepada Al-Qaeda sebagai kelompok teroris, Islam Radikal, Islam garis keras, namun tetap, sejak awal hembusan pendirian Al-Qaeda, nama ini bernuansa pemberontakan. Digagas guna memunculkan sebuah perlawanan terhadap ketidakadilan di Afghanistan, perlakuan Soviet yang semena-mena melahirkan sebuah pondasi atas gerakan sosial yang paling ditakuti di dunia saat ini. Meskipun Al-Qaeda mulai surut pasca meninggalnya Osama bin Laden, namun deru-deru perlawanan dan pemberontakan masih terdengar hingga saat ini. Inilah Al-Qaeda, pemberontakan yang masih ada hingga sekarang. Mereka merupakan kelompok pemberontak kontemporer di era politik global, maka dari itu Zed Books menerbitkannya dalam seri Rebel, sejajar dengan Zapatista, PKK dan FARC. (rez)