Judul Buku: Inventing The Future
Penulis: Nick Srnicek & Alex Williams
Penerbit: Verso
Tebal Buku: vii+245 halaman
Tahun terbit: 2015
Dunia sedang bergerak, berubah dan berkembang. Banyak protes dan gerakan massa hampir diseluruh belahan dunia, rata-rata bermotif ekonomi. Kemajuan teknologi ternyata tidak membawa dampak yang menguntungkan bagi manusia, karena banyak hal yang bisa dilakukan sebuah mesin sehingga tenaga kerja sudah tidak lagi menarik untuk digunakan. Digitalisasi pun membuat hal yang sama, membuat manusia semakin malas untuk melakukan hal-hal yang bersifat teknis dan membiarkan bahkan menyarankan agar digantikan dengan mesin, mekanisasi, kata mereka. Dan buku ini yang akan membahas masa depan kita dan keberadaan poskapitalisme didalamnya.
“Tujuan dari masa depan adalah pengangguran” seperti kata Arthur C. Clarke yang dikutip dalam buku ini dipembukaan bab enam. Masa kini, permintaan utama kita adalah otomatisasi penuh dalam ekonomi. Menggunakan teknologi yang terbaru dan termutakhir, ekonomi semacam itu bertujuan untuk membebaskan manusia dari “pekerjaan” yang membosankan dan secara bersamaan juga memproduksi kekayaan. Tanpa otomatisasi penuh, masa depan poskapitalis harus memilih antara kekayaan yang akan mengorbankan kebebasan atau kebebasan dengan mengorbankan kekayaan. Dengan otomatisasi, mesin bisa menghasilkan barang maupun jasa dengan membebaskan manusia dari usaha memproduksikan hal-hal tersebut. Untuk alasan ini, tendensi menuju otomatisasi harusnya dikembangkan dan dipercepat agar menjadi proyek pembahasan bagi golongan kiri.
Kapitalisme selalu dekat dengan perkembangan teknologi yang didorong oleh keharusan dalam penambahan jumlah barang dan jasa, maka dari itu alat produksi selalu berubah-ubah. Diabad kesembilanbelas, lahan pertanian mulai dimekanisasi oleh industri raksasa dibidang pertanian. Kerajinan tangan pun mulai digantikan oleh mesin yang muncul bagaikan intervensi mahluk asing terhadap proses produksinya. Pekerja sekarang dipekerjakan hanya separuh-separuh (separuh waktu biasanya), dan alat-alat yang biasanya dikelola oleh para pekerja sekarang digantikan oleh mesin yang bekerja layaknya buruh. Pekerjaan menjadi repetitif, tidak perlu ketrampilan, dan dikuasai oleh mesin yang dilengkapi dengan permintaan akan buruh berharga murah.
Di awal abad keduapuluh, situasi ini mulai berubah dengan munculnya teknologi yang menghilangkan tugas manual yang rutin dan biasa-biasa, pekerja yang memiliki ketrampilan dibutuhkan untuk mengawasi mesin-mesin ini. Kebutuhan akan pekerja handal meningkat diabad keduapuluh dengan munculnya mesin tik (juru ketik) dan alat fotokopi yang terkadang membutuhkan operator yang terlatih. Akan tetapi pada periode ini, buruh pabrik mulai menurun jumlahnya karena banyak mesin yang menggantikan mereka, dan hal ini bersifat efektif dan efisien bagi pemilik perusahaan.
Gelombang otomatisasi mengubah pasar tenaga kerja dengan sangat drastis, banyak pekerjaan sekarang sudah dilakukan oleh mesin dan menggantikan pekerjaan manusia: pekerjaan produksi (dilakukan oleh mesin-mesin industri dan makanan cepat saji yang terotomatisasi), Pelayanan (Artificial Intelligence sebagai layanan bantuan pelanggan), pengambilan keputusan (dengan “computational model”), alokasi anggaran (perdagangan algoritmik), dan terutama masalah distribusi barang (kapal kontainer dengan drone dan gudang yang terotomatisasi).
Dari setiap fungsi dari ekonomi, kita dapat melihat permintaan akan otomatisasi disegala sudut. Namun beberapa ekonom menunjukkan bahwa produksi ternyata tidak meningkat sesuai dengan ekspektasi karena adanya otomatisasi. Bahkan, faktanya banyak penurunan produktivitas dalam beberapa dekade akhir ini di seluruh belahan dunia. Apalagi dengan adanya otomatisasi, harga buruh menurun dan harga mesin meningkat, bagi beberapa perusahaan, lebih baik kembali menggunakan buruh dengan harga murah daripada membeli mesin baru yang lebih mahal, belum lagi jika membutuhkan perawatan. Apalagi dengan adanya teknologi baru yang digunakan, maka yang masih bekerja harus beradaptasi dengan teknologi tersebut, tidak jarang juga hingga mengadakan pelatihan, dan pelatihan mengeluarkan uang tambahan.
Kesimpulan dari semuanya, meskipun terjadi permintaan akan otomatisasi dari seluruh perusahaan di dunia, tidak jarang juga masih banyak permasalahan akan perkembangan teknologi, dan permasalahan ini menghambat lajur kapital didunia kerja. Masalah seperti ini hanya bisa dibedah oleh seorang pakar Kapitalisme modern seperti Nick Srnicek dan Alex Williams yang bisa dibilang masih muda dalam umur. Mereka lah Marxis muda diabad keduapuluhsatu ini. (rez)