Judul Buku: For Marx
Penulis: Louis Althusser
Penerbit: Verso
Tebal Buku: 271 halaman
Tahun Terbit: 2005
Siapa yang tak kenal Louis Althusser? Bagi mereka yang gemar membaca buku yang bergaya revolusioner pasti tahu Marxis dari Perancis ini. Dia adalah mesin penggerak dari Partai Komunis Perancis, dia juga yang pertama kali membedah buku Kapital dan mempermudah khalayak umum dalam membacanya melalui karyanya “Reading Capital”. Ia juga yang menjadi panutan dari para pemikir posmodernis dari Perancis dan juga aktivis Marxis terdepan di zamannya. Jikalau seorang mahasiswa yang tertarik kepada pemikiran kiri ala Marx dan masih bertanya siapa itu Althusser, kasihanilah dia, berarti belum purna membaca dan belum berkembang pembahasannya. Penting rasanya saya mengulas buku lain dari Althusser untuk memberikan sedikit penggambaran mengenai cara berpikir Marxian yang satu ini, selamat menikmati, para pembaca yang budiman.
Di abad dimana Althusser hidup, sosialisme masih menjadi wacana nomer satu dari tiap-tiap pelajar yang ada, begitupula marxisme dan humanisme. Sejatinya tiga wacana ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Bagi dia, Sosialisme akan selalu menuju kepada komunisme sesuai dengan perkataan Lenin. Apalagi, pada saat itu, Uni Soviet memiliki jargon: Semua untuk manusia yang mengenalkan tema-tema baru yang sampai sekarang masih booming: martabat manusia, kebebasan individu, dan kesetaraan.
Namun adapun kedekatan sosialisme dengan humanisme yang pada ujungnya akan menjadi sosialisme humanis yang sekiranya mendamaikan kubu komunisme dengan kubu sosial-demokrat. Pengikut ideologi ini disebut sebagai orang-orang yang baik oleh Althusser karena mereka menolak peperangan dan berusaha mengentaskan kemiskinan. Bahkan baginya, tujuan akhir dari humanisme akan mengarah kepada sosialisme dan berujung pada komunisme.
Fakta membuktikan bahwa tujuan dari revolusi sosial selalu untuk mengakhiri eksploitasi oleh satu manusia kepada manusia lainnya dan membebaskan manusia dari ketertindasan. Marx memandang ini dalam bentuk sebuah fase sejarah, dimana didalamnya ada pergulatan dalam bentuk pertarungan kelas (biasanya antara borjuasi dan proletariat), dan mereka yang menjadi humanis revolusioner adalah kelas proletar humanis. Berakhirnya eksploitasi manusia berarti berakhirnya kelas sosial. Pembebasan manusia berarti pembebasan atas kelas pekerja (terutama yang terekspoitasi dan tertindas) dan pembebasan ini dilakukan melalui kediktatoran proletariat. Sudah 40 tahun terjadi pertarungan kelas di Uni Soviet, yang terjadi disana adalah kediktatoran proletariat, bukan pembebasan.
Beberapa tahun sebelum Althusser menulis bukunya, sosialisme humanisme hanya ada dalam bentuk kelas sosial humanis yang sifatnya personal/individu, sedangkan sekarang sosialisme humanisme ada dalam bentuk personal: kelas sosial humanis (revolusioner humanis) dan dalam bentuk kediktatoran proletariat semacam Uni Soviet. Kediktatoran proletariat ini dianggap humanis oleh Althusser karena sifatnya membebaskan kaum buruh dair ekploitasi rezim sebelumnya, rezim para Tsar. Namun sekarang, kekuatas kediktatoran proletariat mulai menghilang di Soviet dan berubah lebih kepada humanisme personal, sedangkan kediktatoran proletariat masih dianut oleh Cina sebagai bentuk pemerintahan yang bersandingan dengan Maoisme.
Kediktatoran Proletariat ini ditolah oleh kaum Sosial Demokrat karena humanisme personal yang selalu mendukung kebebasan individu dan mendekat kepada kaum borjuasi demi jalur yang lebih damai dan melawan komunisme. Humanisme personal semacam ini telah dihilangkan di Uni Soviet dan melarikan diri kedaerah Eropa Barat yang diramalkan akan bertahan tidak dalam jangka waktu panjang oleh Althusser. Saat di Eropa Barat inilah, humanisme sosialis bertemu dengan humanisme kristen liberal (golongan borjuasi).
Bagi Louis Althusser, sosialisme-humanisme adalah gabungan dua ideologi yang dimana memiliki maksud tertentu, sosialisme sebagai tujuan akhir dan humanisme nya lah yang masih berbau ideologi (sebagai alat menuju tujuan akhir). Dan baginya, alat menuju tujuan akhir itu akan mewujudkan tujuan akhir itu sendiri saat dilaksanakan dalam bentuk kolektif semacam kediktatoran proletariat. Penjelasan buku ini bisa dibilang rumit karena Althusser mengejewantahkan Marxisme sesuai dengan pemikirannya. Ia adalah seorang Marxis-Leninis paling modern di abad keduapuluh, dan karyanya tidak pernah membosankan dibaca seabad kemudian, panjang umur revolusi. (rez)