Judul Buku: A Political Life
Penulis: Norberto Bobbio
Penerbit: Polity
Tebal Buku: 224 halaman
Tahun Terbit: 2002
Ada perbedaan yang cukup signifikan antara aktivis politik dan politisi. Pertama, aktivis politik jika dicermati lebih jauh, memiliki ideologi yang dipegang erat, sedangkan politisi lebih mementingkan kepada praktek politiknya. Kedua, politisi lebih sering terlihat di panggung dan menjadi simbol dari sebuah parta, rezim atau gerakan politik, akan tetapi, aktivis politik merupakan pemain di belakang panggung dengan gagasan yang mereka bawa. Adapun politisi lebih mementingkan jumlah suara yang akan dia bawa dalam kontestasi politik, dimana para aktivis politik lebih menekankan kepada “apa yang dilakukan setelah menang dan kalah”, kelompok aktivis politik lah yang menjadi golongan pemikir, mereka lah motor politik yang sebenarnya, politisi hanya lah boneka mainan mereka.
Norberto Bobbio merupakan seorang aktivis politik asal Italia dengan aliran marxis, ia salah satu promotor gelar profesor untuk Antonio Negri di Universitas Padua. Salah satu bekas begawan Partai Komunis Italia yang pada akhirnya ia tolak. Beliau adalah musuh dari Benito Mussolini pada akhir perang dunia kedua, era dimana muncul kelompok revolusioner di Italia, mereka yang nantinya akan digembleng oleh Negri menjadi Brigatte Rosse dan mencetuskan komunisme ala Italia, Autonomia. Semasa perlawanannya terhadap Mussolini, ia ditahan, disiksa dan dipisah dari keluarganya. Bobbio menghadapi bukan kapitalisme dari pasar, tapi fasisme, ia menghadapi negaranya sendiri. Intelektual pada zamannya merupakan para pemikir transisi dari Italia yang diktator menjadi demokratis.
Norberto muda memulai fase perlawanannya saat ia masih tinggal di Camerino. Ia sering ikut berkumpul dengan kelompok sosialis-liberal yang dibentuk oleh Guido Calogero. Meski ia lahir dikeluarga yang mendukung fasisme, tetapi dia membuktikan bahwa keluarga bukan faktor utama yang membentuk pemikiran seseorang, ia menjadi komunis karena kelompok diskusi dan teman-temannya. Pandangan mengenai sosialisme-liberal nya lebih konservatif ketimbang kawan-kawannya, ia menganggap bahwa ideologi tersebut ialah sebuah pemikiran yang memiliki sopan-santun. Sebuah keinginan untuk terus menerus memperbarui gaya berpikirnya. Harapan melawan ideologi “kotor” seperti fasisme. Walaupun dianggap agak melenceng dari tradisi berpikir marxis pada umumnya, tapi sosialisme-liberal terbukti ampuh dalam mengorganisir massa untuk melawan Mussolini dan kroni-kroninya.
Setelah berhasil menumbangkan rezim otoriter Italia La Prima, Bobbio berusaha untuk mencari sistem pemerintahan yang cocok untuk Italia. Iklim perpolitikan masih kacau balau, namun ada kabar baik, bahwa universitas-universitas seantero Italia telah dibuka kembali dan bebas mengajarkan ilmu pengetahuan apapun, bagi Bobbio, ini adalah jalan awal menuju Demokrasi yang didambakan kelompok kiri. Walau begitu, sistem pemerintahan belum jelas dan pilihannya adalah antara republik atau monarki. Adapun pendukung sistem republik ini adalah Action Party, mereka meminta Bobbio untuk memberikan ceramah keliling kota di Italia untuk meyakinkan masyarakat bahwa republik adalah pilihan yang benar. Dari sini lah ia mendirikan surat kabar La Repubblica. Fleksibilitas baik dari partai maupun surat kabarnya membuat pemilihan sistem pemerintahan dimenangkan oleh kelompok Republikan.
Terlepas ia memang pengikut sosialisme dan komunisme, namun kadarnya tidak terlalu kental. Ia kurang menyukai gaya despotik kelompok komunis soviet yang tidak demokratis. Ia menolak bentuk “soviet” dari sebuah sistem pemerintahan karena, pada akhirnya sama saja dengan sistem monarki dan bisa menjadi sebuah kediktatoran baru. Bobbio menganggap bahwa bentuk partai komunis terlalu terpusat dan kurang terbuka dalam pengambilan keputusan. Pertanyaan bagi kelompok komunis selalu sama: kebebasan. Sejauh mana masyarakat ini bebas (berpendapat). Sejak berkembangnya partai komunis di Italia ini lah, perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika dimulai dan pertarungan politik Bobbio pun mulai terasa. Meskipun berawal dari pemikiran sosialisme dan komunisme, pada akhirnya ia tertambat pada republikanisme, dia lah Bapak Republik Italia. (rez)